di atas beranda
seorang tua
bersender pada kayu lapuk, bergoyang pelan, menatap horizon jauh di seberang sana
tapi bola mata itu tak setangguh masa-masa di tanah perang, berasa abstrak tanpa cahaya, cuma tau kurungannya
pria itu tuannya anjing, anjing pria tua itu tidur, menganga tuk dapat udara, lidahnya biasa saja, kini hidungnya juga
mereka cuma ingin udara menerpa, maka terbawa angan pada waktu siang, saat mereka bersama wanita dan betinanya
kosong mata si tua, cuma kursi dengan suara kayu dengan kayu berkala.
tinggal diam menunggu bisa lagi bersama, saat mereka di dermaga dengan angin ini menyanyi, melihat bulan yang sama, sedikit kecoklatan
terbesit 'aku', 'kamu'
hmm.. apalagi?
'kita!'
kini sempurna! ia bahkan menangis
saat si tua siap menyelesaikannya, angin lain datang, yang ini lebih tenang
kini, si tua tak terbuka matanya, tangan dan sendi itu sudah berkarat, mimpi si tua tidak pecah, melainkan terwujud
beranda itu sepi, dinodai bunyi kursi, kursi tak bertuan, tuan itu pergi dengan puan, sekali lagi dalam bahagia, bahagia abadi
abadi dan semu
Tuesday, April 14, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
ayo comment!